Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam
makanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas makanan, menambahkan
kelezatan, dan mengawetkan makanan. Dalam pengolahan bahan makanan, ada dua
macam tujuan yang dapat dicapai. Pertama yaitu menambah ragam makanan, misalnya
dari susu dapat diperoleh beberapa hasil olahan yang berupa keju, susu kental
manis, yoghurt, mentega, dan lain-lain. Kedua, untuk memenuhi keperluan khusus,
misalnya membuat hasil olahan yang warnanya lebih menarik, lebih awet, lebih
manis rasanya, dan
sebagainya. Dalam upaya memenuhi
keperluan khusus seperti yang disebutkan di atas, ternyata dalam pengolahan
bahan makanan memang diperlukan penambahan zat yang memiliki sifat yang
memungkinkan terpenuhinya keperluan khusus yang diinginkan. Zat yang ditambahkan
tersebut dinamakan aditif makanan. Berdasarkan bahan asalnya zat aditif
dibedakan menjadi dua, yaitu zat aditif alami dan zat aditif buatan. Berdasarkan
fungsinya, bahan yang ditambahkan pada makanan (zat aditif makanan) digolongkan
sebagai pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap. Sedangkan jika dilihat dari
Misalnya, kunyit merupakan salah satu bahan alami yang sudah sejak dahulu
dikenal nenek moyang kita untuk ditambahkan pada makanan. Selain itu, ada daun
suji yang digunakan untuk memberi warna hijau. Beberapa fungsi dari zat aditif
yang ditambahkan pada makanan di antaranya:
a)
Meningkatkan
kandungan gizi pada makanan.
b)
Menjaga kualitas
dan tekstur makanan sehingga tetap terlihat segar.
c)
Menjaga agar
makanan dapat tahan lama.
d)
Memberikan warna
pada bahan makanan sehingga terlihat menarik.
e)
Memberikan rasa
sedap pada makanan.
f)
Memberikan aroma
yang khas pada makanan.
A. Bahan pewarna
Pewarna alami merupakan pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan
alami, baik nabati, hewani, ataupun mineral. Penambahan bahan pewarna pada
makanan bertujuan untuk memberi penampilan tertentu atau warna yang menarik.
Warna yang menarik dapat menjadikan makanan lebih mengundang selera.
1. Pewarna Alami
Pewarna alami
merupakan bahan pewarna yang bahan-bahannya banyak diambil dari
tumbuh-tumbuhan. Bahan pewarna alami yang banyak digunakan antara lain:
a. Daun suji mengandung zat warna klorofil untuk
memberi warna hijau menawan, misalnya pada dadar gulung, kue bika, atau kue
pisang.
b. Buah kakao merupakan penghasil cokelat dan memberikan
warna cokelat pada makanan, misalnya es krim, susu cokelat, atau kue kering.
c. Kunyit (Curcuma domestica) mengandung zat
warna kurkumin untuk memberi warna kuning pada makanan, misalnya tahu, bumbu
Bali, atau nasi kuning. Selain itu, kunyit dapat mengawetkan makanan.
d. Cabai merah, selain memberi rasa pedas, juga
menghasilkan zat warna kapxantin yang menjadikan warna merah pada makanan,
misalnya rendang daging atau sambal goreng.
e. Wortel, beta-karoten (provitamin-A) pada wortel
menghasilkan warna kuning.
f. Karamel, warna cokelat karamel pada kembang gula
karena proses karamelisasi, yaitu pemanasan gula tebu sampai pada suhu sekitar
170 °C.
g. Gula merah, selain sebagai pemanis juga memberikan
warna cokelat pada makanan, misalnya pada bubur dan dodol.
Selain
contoh di atas, beberapa buah-buahan juga dapat menjadi bahan pewarna alami,
misalnya anggur menghasilkan warna ungu, stroberi warna merah, dan tomat warna
oranye.
2. Pewarna
Buatan
Makanan ada yang
menggunakan pewarna alami ada pula yang menggunakan pewarna buatan. Bahan
pewarna buatan ada dua jenis. Jenis pertama adalah pewarna buatan yang disintesa
dengan struktur kimia persis seperti bahan alami, misalnya beta-karoten (warna
oranye sampai kuning), santoxantin (warna merah), dan apokaroten (warna oranye).
Jenis kedua adalah bahan pewarna yang disintesa khusus untuk menggantikan
pewarna alami.beberapa contoh pewarna buatan:
a.
Indigokarmin
menghasilkan warna biru yang digunakan untuk gula-gula dan minuman ringan.
b. Eritrosin menghasilkan warna merah yang digunakan
untuk es krim dan jeli.
c.
Tartrasin
menghasilkan warna kuning yang digunakan untuk es krim, yoghurt, dan jeli.
Perbedaan antara
Pewarna Alami dan Pewarna Buatan
Bahan pewarna
alami maupun buatan digunakan untuk memberi warna yang lebih menarik pada
makanan. Biasanya orang menggunakan bahan pewarna alami karena lebih aman
dikonsumsi daripada bahan pewarna buatan. Bahan alami tidak memiliki efek
samping atau akibat negatif dalam jangka panjang. Adapun pewarna buatan dipilih
karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan zat pewarna alami. Tabel
perbedaan kedua jenis pewarna tersebut.
B. Pemanis
Bahan pemanis adalah bahan kimia yang ditambahkan pada makanan
atau minuman yang berfungsi untuk memberikan rasa manis. Misal rasa manis pada permen
berasal dari bahan pemanis yang ditambahkan padanya. Bahan pemanis ini ada dua
macam, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.
1.
Pemanis Alami
Pemanis alami
merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati
maupun hewani.
a.
Gula tebu
mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Gula
tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan pemanis yang
paling banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga bersifat
mengawetkan.
b. Gula merah merupakan pemanis dengan warna coklat.
Gula merah merupakan pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir.
Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada
bubur, dodol, kue apem, dan gulali.
c. Madu merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh
lebah madu. Selain sebagai pemanis, madu juga banyak digunakan sebagai obat.
d.
Kulit kayu manis
merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain itu kayu manis juga
berfungsi sebagai pengawet.
2.
Pemanis Buatan
Pemanis buatan
adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan
makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak atau
hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan
juga mudah larut dalam air. Beberapa pemanis buatan yang beredar di pasaran di
antaranya adalah sebagai berikut:
a.
Aspartam
Aspartam
mempunyai nama kimia aspartil fenilalanin metil ester, merupakan pemanis yang
digunakan dalam produk-produk minuman ringan. Aspartam merupakan pemanis yang
berkalori sedang. Tingkat kemanisan dari aspartam 200 kali lebih manis daripada
gula pasir. Aspartam dapat terhidrolisis atau bereaksi dengan air dan
kehilangan rasa manis, sehingga lebih cocok digunakan untuk pemanis yang
berkadar air rendah.
b. Sakarin
Sakarin
merupakan pemanis buatan yang paling tua. Tingkat kemanisan sakarin kurang
lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula pasir. Namun, jika penambahan
sakarin terlalu banyak justru menimbulkan rasa pahit dan getir. Es krim,
gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan minuman fermentasi biasanya diberi
pemanis sakarin. Sakarin sangat populer digunakan dalam industri makanan dan
minuman karena harganya yang murah. Namun penggunaan sakarin tidak boleh
melampaui batas maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik (dapat
memicu timbulnya kanker). Dalam setiap kilogram bahan makanan, kadar sakarin
yang diperbolehkan adalah 50–300 mg. Sakarin hanya boleh digunakan untuk makanan
rendah kalori, dan dibatasi tingkat konsumsinya sebesar maksimal 0,5 mg tiap
kilogram berat badan per hari.
c.
Siklamat
Siklamat
terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium siklamat dengan tingkat kemanisan
yang dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih manis daripada gula pasir. Makanan
dan minuman yang sering dijumpai mengandung siklamat antara lain: es krim, es
puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman fermentasi. Beberapa negara
melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen.
Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500–3.000 mg per kg bahan makanan.
d.
Sorbitol
Sorbitol
merupakan pemanis yang biasa digunakan untuk pemanis kismis, selai dan roti,
serta makanan lain.
e.
Asesulfam
K
Asesulfam K
merupakan senyawa 6-metil-1,2,3-oksatiazin-4(3H)- on-2,3-dioksida atau merupakan
asam asetoasetat dan asam sulfamat. Tingkat kemanisan dari asesulfam K adalah
200 kali lebih manis daripada gula pasir. Berdasarkan hasil pengujian
laboratorium, asesulfam K merupakan pemanis yang tidak berbahaya.
3. Perbedaan
Pemanis Alami dengan Pemanis Buatan
Orang memilih jenis
pemanis untuk makanan yang dikonsumsinya tentu dengan alasan masing-masing.
Pemanis alami tentu lebih aman, tetapi harganya lebih mahal. Pemanis buatan
lebih murah, tetapi aturan pemakaiannya sangat ketat karena bisa menyebabkan
efek negatif yang cukup berbahaya. Pada kadar yang rendah atau tertentu,
pemanis buatan masih diijinkan untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan,
tetapi pada kadar yang tinggi bahan ini akan menyebabkan berbagai masalah
kesehatan.
Tabel perbedaan pemanis alami dan buatan.
Selain memberikan rasa manis ternyata
gula adalah penyumbang kalori yang baik karena mengandung gizi untuk tubuh
manusia. Namun ternyata gula menyebabkan berbagai masalah baru bagi orang-orang
tertentu, terutama mereka yang kelebihan kalori, kegemukan, menyebabkan
kerusakan pada gigi, dan sangat berbahaya bagi penderita diabetes. Keadaan ini memacu
para ahli untuk menemukan pengganti rasa manis setara dengan gula, tidak
berkalori dan tidak ada nilai gizinya sehingga aman dikomsumsi bagi mereka yang
perlu diet. Maka dikenalkanlah beberapa jenis gula buatan atau gula sintetik
yang mempunyai sifat manis seperti gula bahkan lebih. Beberapa contoh pemanis
buatan atau sintentik yaitu sakarin, siklamat, aspartam, asesulfam dan sorbitol.
Tabel tingkat kemanisan relatif dari
berbagai bahan pemanis
C. Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat mencegah atau
menghambat proses fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau peruraian lain
terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme sehingga makanan tidak
mudah rusak atau menjadi busuk.
Bahan pengawet
menurut asalnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahan pengawet alami dan
pengawet buatan.
1. Pengawet
Alami
Berikut ini
adalah contoh-contoh pengawet alami.
a.
Gula
tebu
Gula tebu memberi rasa manis dan bersifat
mengawetkan. Buah-buahan yang disimpan dalam larutan gula pekat akan menjadi
awet karena mikroorganisme sukar hidup di dalamnya.
b.
Gula
merah
Selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat
mengawetkan seperti halnya gula tebu.
c.
Garam
Garam merupakan pengawet alami yang banyak
dihasilkan dari penguapan air laut. Ikan asin dapat bertahan hingga
berbulanbulan karena pengaruh garam.
d.
Kunyit
Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi
sebagai pengawet. Dengan penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak
cepat basi.
e.
Kulit
kayu manis
Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang
berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung asam benzoat. Selain itu,
kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.
f.
Cengkih
Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan
dari bunga tanaman cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi
sebagai penambah aroma.
2.
Pengawet Buatan
Pengawet buatan
ini ada berbagai macam, antara lain:
a.
Asam
asetat
Asam asetat
dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan ini menghasilkan rasa
masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu selera karena bahan ini
sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam asetat sering dipakai
sebagai pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso, atau soto. Asam asetat
mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara
lain acar, saos tomat, dan saus cabai.
b.
Benzoat
Benzoat banyak
ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat (garamnya). Berbagai
jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus,
selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.
c.
Sulfit
Bahan ini biasa
dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan kentang,
sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan ini.
d.
Propil
galat
Digunakan dalam
produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan permen karet serta untuk
memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga dapat digunakan sebagai
antioksidan.
e.
Propianat
Jenis bahan
pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan garam kalium
atau natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat
menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang menyebabkan
kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya
menggunakan bahan ini.
f.
Garam
nitrit
Garam nitrit
biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan ini terutama sekali
digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging olahan
seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering.
Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya,
pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkan daging.
g.
Sorbat
Sorbat yang
terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat. Sorbat sering
digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar. Asam
sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi
cita rasa makanan pada tingkat yang diperbolehkan.
Bahan pengawet yang diizinkan dalam
makanan
Semua pengawet yang telah diuraikan di
atas merupakan pengawet yang diijinkan untuk dipakai dan mendapatkan lisensi
secara internasional oleh badan kesehatan dunia (WHO) dengan kadar yang
diijinkan. Meskipun demikian, entah karena tidak mengerti atau sengaja, pada
saat ini masih sering ditemukan produsen yang menggunakan pengawet makanan yang
telah dilarang oleh pemerintah.
Pengawet yang telah dilarang tetapi masih sering digunakan di antaranya adalah:
1)
Boraks atau
natrium tetraborat, dengan rumus kimia Na2B4O7·10 H2O adalah senyawa yang biasa
digunakan sebagai bahan baku disinfektan, detergen, cat, plastik, ataupun
pembersih permukaan logam sehingga mudah disolder. Karena boraks bersifat
antiseptik dan pembunuh kuman, bahan ini sering digunakan untuk pengawet
kosmetik dan kayu. Banyak ditemukan kasus boraks yang disalahgunakan untuk
pengawetan bakso, sosis, krupuk gendar, mi basah, pisang molen, lemper, siomay,
lontong, ketupat, dan pangsit.
2)
Formalin adalah
nama dagang untuk larutan yang mengandung 40 persen formaldehid (HCOH) dalam 60
persen air atau campuran air dan metanol (jenis alkohol bahan baku spiritus) sebagai
pelarutnya. Formalin sering disalahgunakan untuk mengawetkan mi, tahu basah,
bakso, dan ikan asin.
D. Penyedap
Bahan penyedap
rasa merupakan bahan tambahan makanan yang berguna untuk melezatkan bahan
makanan. Bahan ini dapat menimbulkan rasa enak dan mempertegas rasa. Bahan
penyedap ini terdapat dalam bentuk alami dan buatan.
1. Penyedap
Alami
Bahan penyedap
dari bahan alami selalu terdapat di dalam setiap makanan. Jenis bahan penyedap
ini banyak sekali. Biasanya bahan-bahan ini dicampurkan bersama-sama sebagai
bumbu makanan beberapa penyedap alami di antaranya.
a. Bawang merupakan pemberi rasa sedap alami yang
paling banyak digunakan.
b. Merica memberi aroma segar dan rasa pedas yang
khas.
c. Terasi merupakan zat cita rasa alami yang
dihasilkan dari bubuk ikan dan udang kecil yang dibumbui sedemikian rupa sehingga
memberi rasa sedap yang khas.
d. Daun salam memberi rasa sedap pada makanan.
e. Jahe memberi aroma harum dan rasa pedas khas jahe.
f. Cabai memberi rasa sedap dan pedas pada setiap
masakan.
g. Daun pandan memberi rasa dan aroma sedap dan wangi
pada makanan.
h. Kayu manis, selain memberi rasa manis dan
mengawetkan juga memberi aroma harum khas kayu manis.
2. Penyedap
Buatan
Berikut ini
beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma
seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma
seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti
buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini
maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
Selain zat
penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula
zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan,
yaitu penyedap
rasa monosodium glutamat (MSG) yang sering juga disebut sebagai micin. MSG
tidak berbau dan rasanya merupakan campuran rasa manis dan asin yang gurih. Mengonsumsi
MSG secara berlebihan akan menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang dikenal
sebagai Chinese Restaurant Syndrome. Tanda-tandanya antara lain
berupa munculnya berbagai keluhan seperti pusing kepala, sesak napas, wajah berkeringat,
kesemutan pada bagian leher, rahang, dan punggung.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak negatif dari penggunaan zat aditif makanan adalah sebagai
berikut:
g)
Mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat aditif tidak berlebihan.
h)
Teliti memilih
makanan yang mengandung zat aditif dengan memeriksa kemasan, karat atau cacat
lainnya.
i)
Memilih sendiri
zat aditif yang akan digunakan sebagai bahan makanan.
j)
Menggunakan zat
aditif yang berasal dari alam.
k)
Memeriksa
tanggal produksi dan masa kadaluarsa yang terdapat pada kemasan makanan yang
akan dikonsumsi.
l)
Memeriksa
bahan-bahan kimia yang terkandung dalam makanan dengan cara membaca komposisi
bahan pada kemasan.
m)
Memeriksa apakah
makanan yang akan dikonsumsi telah terdaftar di Departemen Kesehatan atau
belum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar