Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi telah menghasilkan produk-produk industri yang dapat memenuhi
kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang telah diketahui manfaatnya
dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang berguna untuk kepentingan
manusia dan lingkungannya. bahan-bahan kimiayang terdapat dalam rumah tangga dapat dikelompokan ke dalam
kategori pembersih, pemutih, pewangi, dan pestisida.
A. Bahan Kimia
Pembersih
Pembersih adalah
bahan yang berfungsi untuk membantu mengangkat dan melarutkan kotoran yang
melekat pada suatu benda. Pembersih berfungsi untuk membersihkan berbagai benda
di rumah tangga dari kotoran. Ada beberapa jenis bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai pembersih. Misalnya, pembersih badan, pembersih rambut,
pembersih motor dan mobil, pembersih piring, pembersih baju, serta pembersih
lantai. Pembersih dikenal secara umum dengan detergen.
Bahan kimia
penyusun bahan pembersih dibedakan atas bahan utama (bahan aktif) dan bahan
tambahan (bahan aditif). Bahan aditif ditambahkan ke dalam bahan pembersih
untuk memenuhi fungsi-fungsi sebagai penguat (builder), pelembut (pada
pakaian), pewarnaan, pemberi aroma (pewangi), pengawet, pengental, dan medium
(pelarut). Bahan aktif pada bahan pembersih berfungsi sebagai surfaktan.
Surfaktan mempunyai kemampuan mengikat dan mengangkat kotoran. Dengan adanya
surfaktan, maka lemak atau kotoran yang tadinya tidak dapat bercampur dengan
air, kini dapat bercampur dengan air. Dengan demikian lemak atau kotoran dapat
dilepaskan atau dihilangkan dari
tempatnya menempel.
Sabun memiliki
daya pembersih yang tidak sekuat detergen untuk mencuci piring. Pada dasarnya
setiap jenis produk pembersih mempunyai bahan kimia utama yang sama satu dengan
yang lain. Namun demikian, umumnya produsen menambahkan bahan-bahan tertentu
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tujuannya adalah untuk memberi
kelebihan atau keistimewaan pada jenis produk pembersih yang dihasilkannya.
a. Sabun
Lebih dari 2.000
tahun yang lalu orang sudah mengenal sabun. Orang pada saat itu mengenal sebuah
proses yang disebut saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi antara minyak atau
lemak, baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (nabati) maupun yang berasal dari
hewan (hewani) dengan basa-basa tertentu yang dihasilkan dari abu (alkali)
tumbuh tumbuhan (natrium hidoksida dan kalium hiodroksida). Reaksi ini ternyata
dapat menghasilkan sebuah senyawa yang dapat digunakan untuk membersihkan
kotoran yang kemudian dikenal sebagai sabun, serta senyawa berasa manis yang
disebut olsuss yang kemudian disebut sebagai gliserol. Gliserol ini
dimanfaatkan lebih lanjut untuk bahan peledak, pelarut, dan sebagainya.
Minyak nabati
yang biasa digunakan biasanya berupa minyak kelapa, minyak sawit, minyak biji
kapas, minyak jarak, minyak zaitun, minyak kedelai, dan minyak jagung. Minyak
dan lemak hewani yang biasa digunakan biasanya berupa minyak ikan, lemak
kambing atau domba, lemak sapi, dan lain-lain. Berdasarkan kandungan basa yang
terdapat di dalamnya, sabun dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu sabun
lunak dan sabun keras.
1) Sabun lunak
Sabun lunak
adalah sabun yang mengandung ion kalium karena dalam proses pembuatannya, basa
yang digunakan adalah kalium hidroksida (kaustik potas). Sabun jenis ini
disebut sabun lunak karena memang kalium hidroksida memiliki sifat pemutih (bleaching)
yang lebih lunak daripada natrium hidroksida yang digunakan pada sabun keras.
Contoh sabun lunak adalah semua produk sabun mandi, sampo, dan pasta gigi.
Proses pembuatannya melibatkan reaksi kimia berikut ini.
kalium
hidroksida + gliserol tristearat - > kalium stearat (sabun mandi) + gliserol
Atau
kalium
hidroksida + gliserol tripalmitat ->kalium palmitat (sabun mandi) + gliserol
Sabun atau sampo
yang pedih di mata berarti memiliki kandungan kalium lebih tinggi daripada yang
tidak pedih di mata. Sampo dengan kandungan kalium lebih tinggi memiliki daya
bersih yang lebih tinggi. Pada sabun atau sampo bayi kandungan kaliumnya dibuat
lebih rendah karena digunakan untuk kulit yang masih sensitif. Akan tetapi,
walaupun daya pembersihnya lebih rendah, sabun ini aman dan cukup efektif untuk
membersihkan kulit bayi.
2) Sabun keras
Sabun keras
adalah sabun yang mengandung ion natrium, karena dalam proses pembuatannya
digunakan natrium hidroksida (soda api atau kaustik soda). Natrium hidroksida
merupakan basa yang lebih keras daripada kalium hidroksida. Daya pemutihnya
sangat iritatif (bersifat melukai) terhadap kulit. Oleh karena itu, sabun jenis
ini tidak cocok untuk membersihkan tubuh, kecuali bagian-bagian tertentu
seperti telapak tangan yang memang berkulit lebih tebal. Contoh sabun keras
adalah sabun colek (sabun krim).
Proses pembuatan
sabun keras melibatkan reaksi kimia berikut ini.
natrium
hidroksida + gliserol tristearat - natrium
stearat (sabun colek) + gliserol
Atau
natrium
hidroksida + gliserol tripalmitat - natrium
palmitat (sabun colek) + gliserol
Selain kedua
jenis sabun tersebut, terdapat juga jenis sabun yang merupakan campuran antara
sabun keras dan sabun lunak, misalnya krim pencukur. Penggunaan sabun keras
pada krim ini dimaksudkan untuk melunakkan kulit, sehingga rambut yang menempel
di atasnya, seperti cambang, kumis, janggut, atau bulu kaki lebih mudah
dibersihkan.
b. Detergen
Dahulu orang
mengandalkan sabun sebagai bahan pembersih satu-satunya yang paling andal.
Tetapi kemudian diketahui bahwa pada air yang memiliki kadar garam tinggi (air
sadah) dan air yang dingin penggunaan sabun ternyata tidak efektif. Di dalam
air ini biasanya terkandung ion kalsium atau ion magnesium yang menyebabkan
daya pembersih sabun menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan ion kalium atau ion
magnesium dalam air sadah menggantikan posisi ion natrium atau ion kalsium pada
molekul sabun. Oleh karena itu, orang kemudian berusaha menciptakan bahan
pembersih yang memiliki daya pembersih efektif di dalam semua jenis larutan.
Sampai pada sekitar tahun 1940-an akhirnya orang berhasil menciptakan detergen.
Bahan dasar
detergen adalah alkil benzena sulfonat atau sering disingkat ABS. Dibandingkan
dengan sabun, detergen memiliki daya cuci lebih baik karena tetap efektif untuk
mencuci walaupun dengan menggunakan air sadah maupun air dingin. Supaya kotoran
yang terlepas tidak kembali menempel, biasanya ditambahkan zat kimia tertentu
yang disebut anti-redeposisi. Contoh zat anti-redeposisi adalah metil karboksi
selulosa. Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian detergen
yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah:
a. rusaknya keindahan lingkungan
perairan;
b. terancamnya kehidupan hewan-hewan
yang hidup di air; dan
c. merugikan
kesehatan manusia.
B. Bahan Kimia
Pemutih
Pemutih (bleaching
agent) adalah bahan-bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengatasi
kotoran yang membandel pada pakaian. Bahan aktif yang terkandung dalam pemutih
pakaian, antara lain natrium hipoklorit atau natrium perklorat. Namun demikian,
pemakaian pemutih yang terlalu sering dan berlebihan dapat menyebabkan pakaian
cepat rusak. Ini disebabkan bahan aktif tersebut dapat merusak
partikel-partikel dan serat kain. Pemakaian pemutih yang berlebih dan terlalu
sering menyebabkan seratserat kain menjadi keras dan rapuh. Supaya pakaian
tidak cepat rusak maka sebaiknya pemakaian pemutih hanya bila diperlukan saja.
Pemutih sebaiknya hanya digunakan jika penggunaan detergen biasa tidak mampu
mengangkat kotoran secara bersih. Perlu diketahui, pemutih pakaian dapat
mengakibatkan memudarnya warna pada pakaian berwarna.
Pemutih yang paling banyak beredar di pasaran
adalah jenis natrium hipoklorit. Natrium hipoklorit dan kalsium hipoklorit
mempunyai sifat multifungsi. Selain sebagai pemutih, kedua senyawa ini dapat
berfungsi sebagai penghilang noda dan desinfektan (sanitizer). Fungsi
ganda NaOCl sebagai penghilang noda maupun desinfektan, dapat menjadi
keunggulan ekonomis. Pemutih dapat ditemukan dalam dua wujud, yaitu padat dan
cair. Pemutih padat (bubuk putih) adalah kalsium hipoklorit dengan rumus kimia
Ca(OCl)2. Pada umumnya, masyarakat mengenal senyawa ini sebagai kaporit.
Kaporit lazim dipakai untuk mensuci
hamakan air ledeng dan kolam renang. Pemutih cair adalah natrium hipoklorit
(NaOCl).
Bahan pemutih umumnya dibuat dari bahan-bahan seperti
berikut ini : 1) Natrium hipoklorit,
NaOCl (12,5%), 2) Emal-70, 3) Parfum, dan 4) Air. Pada umumnya, produk pemutih
dipasaran mengandung NaOCl dengan konsentrasi 12%-13%.
C. Bahan kimia
Pewangi
Pewangi
diperoleh melalui proses esterifikasi. Esterifikasi adalah reaksi pembuatan
senyawa ester dari asam karboksilat dengan alkohol. Senyawasenyawa ester memiliki
bau yang sedap. Pewangi-pewangi yang diperoleh melalui proses esterifikasi
disebut dengan pewangi sintetis. Di pasaran banyak sekali dijual pewangi
sintetis, mulai dari pewangi dengan aroma buahbuahan sampai harum bunga.
Misalnya, parfum, pengharum ruangan, dan pengharum mobil. Selain melalui proses
esterifikasi, ada juga produk-produk pewangi yang diperoleh dengan cara lain,
yaitu melalui proses penyulingan dan ekstraksi dari bahan-bahan alam. Pewangi
yang didapatkan dari proses ekstraksi dan penyulingan bahan alam disebut
sebagai pewangi alami. Contoh pewangi alami adalah minyak atsiri. Beberapa
kegunaan pewangi antara lain sebagai berikut.
a. Sebagai
pewangi badan.
b. Sebagai
pewangi pakaian.
c. Sebagai
pengharum ruangan.
Bahan Kimia Pemutih
Mengapa tidak disediakan konsentrasi yang lebih
tinggi? Ini semata-mata demi pertimbangan keselamatan dan teknis.
Emal-70 adalah nama dagang dari jenis surfaktan
berbahan aktif alkyl sulphate. Penambahan bahan ini hanya sebagai
alternatif jika kita ingin menambahkan fungsi pemutih sebagai penghilang noda (stain
remover). Seperti halnya Emal-70, parfum merupakan bahan tambahan (tidak
harus ada). Kebanyakan produk pemutih yang ada di pasar tidak memakai parfum.
Bahan Kimia Pewangi (Parfum)
Parfum adalah hasil pencampuran berbagai macam fragrance
(bahan pewangi) yang bersifat mudah menguap dengan bau tertentu.
Bahan kimia pewangi sering ditambahkan pada berbagai produk seperti
sabun, deterjen, sampo, pembersih kaca, cairan pencuci piring, dan
cairan pelembut pakaian, serta dijual dalam bentuk pengharum badan
maupun ruangan. Perusahaan umumnya tidak mau menuliskan bahan kimia
yang digunakan sebagai bahan pewangi. Orang sering memberi istilah
“rahasia perusahaan”. Bahan kimia yang dipakai sebagai pewangi biasanya
tidak tunggal tetapi campuran dari beberapa bahan pewangi. Zat kimia
yang dicampurkan untuk menghasilkan bau tertentu
Contoh Spesifikasi Bau Parfum dan Nama Zat Kimia
No. Spesifikasi bau Nama zat kimia
1 floral, jasmine. Amil
salisilat
2 herbaceous Amilsinamat aldehida
3 rocy, citrus Sitronelol
4 musk, sweet Galaksolida
5 rose Geraniol
6 pine needle sobornil
asetat
7 murbai/arbei Butil asetat
8 peer/pisang ambon Amil
asetat
9 jeruk Oktil
asetat
10 arbei Etil butirat
11 apel Amil
valerat
12 minyak gandapura Metil salisilat
Parfum juga dijual dalam bentuk pengharum badan dan pengharum ruangan.
Komposisi zat-zat di dalam parfum pada umumnya adalah etil alkohol (50-90%),
akuades/ air suling (5-20%), dan fragrance (10-30%). Etil alkohol dalam
komposisi ini berfungsi sebagai pelarut. Jangan lupa bahwa penggunaan parfum
juga memiliki efek negatif. Di dalam parfum, selain etil alkohol sebagai
pelarut sering ditambahkan zat-zat seperti: aseton, benzaldehida, benzil
asetat, benzil alkohol, etil asetat, dll.
Bahan Kimia Pembasmi Serangga (Insektisida)
Serangga pengganggu yang sering dijumpai di rumah,
diantaranya adalah nyamuk, kecoa, lalat, dan semut. Nyamuk adalah serangga
pengganggu di rumah yang paling dominan terutama di kota-kota dataran rendah.
Oleh karena itu anti nyamuk (obat nyamuk) merupakan bahan yang diperlukan
masyarakat sehari-hari. Anti nyamuk dikemas sesuai dengan cara-cara
aplikasinya; ada yang dibakar, difumigasi secara elektrik, dioleskan pada
permukaan kulit, dan disemprotkan. Khasiat dari bahan pengusir atau pembasmi
serangga ditentukan oleh bahan kimia (bahan aktif) yang terkandung di dalamnya.
Transflutrin adalah salah satu contoh bahan aktif anti nyamuk berbentuk
padatan lingkar berwarna hijau. Anti nyamuk bakar ini diambil khasiatnya
melalui asapnya yang menyebar ke seluruh ruangan. Jangan membuang begitu saja
wadah atau kemasan anti nyamuk yang pernah kamu pakai. Kemasan anti nyamuk,
juga produk-produk lain umumnya mencantumkan bahan-bahan kimia yang
dikandungnya.
Selain itu, yang juga penting untuk diketahui efek
samping yang dapat ditimbulkan terutama bagi kesehatan kita maupun kelestarian
lingkungan. Oleh karena Zat-zat ini memiliki efek negatif bagi kesehatan.
Aseton dapat menyebabkan kekeringan mulut dan tenggorokan, kerusakan pita
suara, mengantuk, dan depresi. Benzaldehida memiliki efek narkotik dan iritasi
pada kulit, mata, mulut, dan tenggorokan. Benzil asetat bersifat karsinogenik,
cairannya dapat meresap ke dalam sistem tubuh melalui kulit, dan uapnya dapat
mengiritasi mata. Benzil alkohol menyebabkan iritasi saluran pernapasan bagian
atas dan penurunan tekanan darah. Etil asetat bersifat seperti narkotik,
merusak hati, dan menyebabkan anemia.perusahaan-perusahaan besar yang bijaksana
selalu memberi peringatan-peringatan kepada kita terkait dengan penggunaan
bahan-bahan ini.
3. Efek Samping Penggunaan Bahan Kimia Rumah Tangga dan Pencegahannya
Selain menimbulkan manfaat, penggunaan bahan kimia pada
produk pembersih, pemutih, pewangi, dan pembasmi serangga yang berlebihan dapat
menimbulkan efek samping terhadap tubuh, kesehatan, dan lingkungan.
a. Efek Samping Penggunaan Produk Pembersih
Efek samping penggunaan sabun atau detergen adalah
menimbulkan limbah rumah tangga berupa busa. Busa yang ditimbulkan sabun dapat
diuraikan oleh mikroorganisme yang ada dalam tanah, sedangkan busa yang
dihasilkan dari detergen sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam tanah. Bahan
penyusun detergen terdiri atas senyawa berantai lurus dan panjang yang disebut Linear
Alkylbenzene Sulphonate (LAS) dan senyawa rantai bercabang yang disebut Alkyl
Benzene Sulphonate (ABS). Senyawa LAS lebih mudah diuraikan oleh
mikroorganisme dibandingkan dengan senyawa ABS. Akan tetapi LAS hanya bisa
terdegradasi dalam lingkungan aerob (dengan oksigen). Bahan aktif yang
digunakan pada pembersih lantai adalah benzalkonium klorida. Zat ini bersifat
detergen sekaligus sebagai desinfektan, bersifat kaustik, dan korosif. Pada konsentrasi
berlebih bisa mengiritasi kulit dan jika mengenai mata akan menyebabkan
gangguan seperti gatal bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada kornea.
Selain menimbulkan limbah busa, sabun dan bahan
pencuci merupakan salah satu bahan kimia di rumah tangga yang berbahaya, maka
cara penyimpanannya harus benar. Hal ini karena tidak banyak yang mengetahui
kandungan dan bahaya bahan aktif yang terdapat di dalamnya.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
1) Menggunakan detergen dengan konsentrasi yang encer dan kadar ABS yang
rendah.
2) Menggunakan detergen yang mudah terurai, seperti sodium dodesil sulfat
(SDS).
3) Menyimpan sabun pada tempat yang benar sehingga jauh dari jangkauan
anak.
b. Efek Samping Penggunaan Produk Pemutih
Bahan pemutih pakaian umumnya mengandung senyawa
klorin yang dapat merusak serat kain dan warna pakaian. Selain itu, senyawa
klorin juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Bahan pemutih kulit yang
mengandung merkuri atau raksa yang berlebihan dapat merusak sistem saraf,
karena merkuri merupakan sejenis bahan kimia beracun dan amat berbahaya bagi
kesehatan. Adanya merkuri di dalam tubuh dapat merusak ginjal.
Ada juga bahan pemutih kulit yang mengandung hidrokuinon. Pada dosis yang
tepat hidrokuinon aman bagi kulit, tetapi jika kulit alergi akan timbul
noda-noda hitam pada wajah.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari efek samping dari
penggunaan pemutih, antara lain:
1)
Hindari penggunaan jenis pemutih yang mengandung
merkuri.
2)
Hanya menggunakan produk pemutih jika kotoran atau
noda sulit dihilangkan oleh sabun atau detergen.
c. Efek Samping Penggunaan Produk Pewangi
Hampir setiap produk yang berkaitan dengan wanita
mempunyai wewangian, seperti sabun, kosmetik, sampo, pelembut kain, penyubur
rambut, kertas tisu dan detergen. Tujuan menggunakan bahan pewangi adalah untuk
menghasilkan bau wangi pada si pemakai, barang pribadi, atau udara di
sekelilingnya. Namun, kebanyakan kita tidak menyadari bahwa produk pewangi
dapat mendatangkan bahaya bagi kesehatan kita, terutama bagi wanita hamil. Kebanyakan
pengharum ruangan bekerja dengan mengganggu daya cium. Pengharum tersebut
melapisi saluran hidung dengan selaput minyaknya, atau melepaskan zat pemati
saraf pencium. Produk yang tidak mengandung
pewangi sebenarnya menambahkan pewangi yang tidak wangi untuk menyamarkan
aroma khas bahan tertentu. Efek samping bahan kimia pewangi pada kesehatan manusia,
antara lain mengiritasi mata, hidung, tenggorok, kulit, mengakibatkan mual,
pusing, perdarahan, hilang ingatan, kanker, dan tumor, kerusakan hati,
menyebabkan
iritasi ringan hingga menengah pada paru-paru, termasuk gejala seperti
asma. Selain itu, bahan pewangi yang mengandung chlorofluorocarbon (CFC)
dapat menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang. Pencegahan yang dapat
dilakukan untuk menghindari efek samping dari produk pewangi antara lain:
1) menggunakan bahan pewangi seperlunya, dan
2) tidak menggunakan pewangi yang mengandung CFC.
d. Efek Samping Penggunaan Produk Pembasmi Serangga
Saat ini memang zaman serba cepat dan praktis. Nyamuk,
semut, atau lalat datang, kita semprot dengan pembasmi serangga. Hal seperti
itu mungkin erat menempel di benak para konsumen di Indonesia. Akan tetapi,
mereka sesungguhnya tidak mengetahui benar betapa besar ancamannya jika
menggunakan produk semacam itu secara sembarangan. Bahan kimia berbahaya dapat
masuk ke dalam tubuh melalui dua cara, yaitu:
1)
Termakan atau terminum bersama makanan atau minuman
yang tercemar;
2)
Dihirup dalam bentuk gas dan uap, termasuk yang
langsung menuju paru-paru lalu masuk ke dalam aliran darah, atau terserap
melalui kulit dengan atau tanpa terlebih dahulu menyebabkan luka pada kulit.
Produk pembasmi serangga beraerosol dapat menyebabkan penipisan
lapisan ozon stratosfer. Ozon stratosfer berperan melindungi kehidupan di bumi
dari radiasi ultra ungu. Penipisan ozon akan meningkatkan jumlah penderita penyakit
kanker kulit secara signifikan, termasuk melanoma ganas, dan pengidap katarak.
Selain itu juga dapat merusakkan produk pertanian.
Anti nyamuk termasuk kelompok pestisida (pembasmi hama),
sehingga obat anti nyamuk juga mengandung racun. Hal itu dibuktikan dengan
ditemukannya tiga bahan aktif dalam obat antinyamuk, yaitu jenis diklorvos,
propoxur, pirethroid, dan dietiltoluamida serta bahan kombinasi dari ketiganya.
Menurut WHO Grade Class, diklorvos atau
diklorovinil dimetil fosfat termasuk berdaya racun tinggi. Jenis bahan aktif
ini dapat merusak sistem saraf, mengganggu sistem pernapasan, dan jantung. Diklorvos
sangat berpotensi menyebabkan kanker, menghambat pertumbuhan organ serta
kematian prenatal, dan merusak kemampuan reproduksi. Bahan aktif jenis ini menimbulkan
gangguan cukup serius bagi hewan dan
tumbuhan, sebab bahan ini memerlukan waktu cukup lama untuk dapat terurai
baik di udara, air, dan tanah.
Propoxur termasuk racun kelas menengah. Jika terhirup maupun
terserap tubuh manusia dapat mengaburkan penglihatan, keringat berlebih,
pusing, sakit kepala, dan badan lemah. Propoxur juga dapat menurunkan aktivitas
enzim yang berperan pada saraf transmisi, dan berpengaruh buruk pada hati dan
reproduksi.
Pyrethroid oleh WHO juga dikelompokkan dalam racun kelas
menengah. Efeknya, mengiritasi mata maupun kulit yang sensitif, dan menyebabkan
penyakit asma. Sedangkan DEET atau diethyltoluamid biasa digunakan
sebagai zat aktif pada antinyamuk jenis oles. Efeknya mengiritasi kulit, selain
membahayakan kulit yang luka, dan selaput lendir tubuh.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari efek samping dari produk
pembasmi serangga, antara lain:
1) menggunakan produk pembasmi serangga seperlunya, dan
2) tidak menggunakan produk pembasmi serangga aerosol yang mengandung CFC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar